Jakarta – Jika kamu dengar mengenai jerawat hormon, kamu kemungkinan langsung memikirkan jerawat yang dalam, benar-benar merah dan menyakitkan yang ada selama saat remaja. Tetapi, tonjolan di kulit itu ternyata tetap dapat ada kembali, bahkan juga sesudah periode pubertas lewat.
Kenyataannya, jerawat tipe ini paling biasa terjadi pada wanita dewasa berumur 20 dan 40 tahun. Beberapa wanita bahkan juga bisa merasakannya disekitaran umur menopause, karena hormon yang berflutuasi pada tubuh mereka. Yok, baca bukti mengenai jerawat hormon yang lain di sini!
Bukti Menarik mengenai Jerawat Hormon
Berikut beragam bukti mengenai jerawat hormon yang memikat buat dijumpai:
1. Ada di Waktu Tertentu
Perlu dimengerti meskipun jerawat tipe ini benar-benar berkaitan dengan fluktuasi hormon, tetapi ini berlainan dengan jerawat yang ada pada periode remaja.
Jerawat hormon atau disebutkan jerawat orang dewasa ialah tonjolan di kulit yang ada pada umur 20-50 yang umumnya bersamaan dengan transisi menstruasi seorang.
Itu bisa juga ada saat terjadi peralihan hormonal yang lain dalam kehidupan, seperti pada periode saat persalinan dan menopause.
2. Disebabkan karena Beragam Hormon
Hormon yang mengakibatkan tipe jerawat ini ialah fluktuasi estrogen dan progesteron yang ke-2 nya benar-benar bervariatif sejauh transisi menstruasi.
Disamping itu, rasio masing-masing hormon itu keduanya bisa juga mempengaruhi kandungan testosteron wanita yang dapat menjadi pemicu jerawat tipe ini. Kortisol, hormon depresi, bisa juga mempengaruhi semua hormon itu.
Fluktuasi hormonal dipercayai dapat tingkatkan produksi minyak di pori-pori, hingga membuat jerawat pada akhirnya muncul.
Walau lebih umum terjadi pada wanita, pria bisa juga alami permasalahan kulit ini.
Beberapa pemicunya, diantaranya jalani therapy testosteron atau kelebihan hormon androgen.
3. Umumnya Ada di Dagu dan Garis Rahang
Jika jerawat puber umumnya ada di tempat T-zone, yakni dahi, hidung, dan dagu, jerawat tipe ini umumnya tercipta di dagu dan disekitaran garis rahang.
Untuk beberapa orang, jerawat ini dapat berbentuk kista yang tercipta jauh di bawah berasa menyakitkan dan kulit. https://www.asynx-planetarium.com/
4. Dapat Ditangani dengan Beberapa obat
Kamu tak perlu cemas, karena sama dengan jerawat secara umum, jerawat hormon bisa juga lebih baik bersamaan waktu.
Itu ialah hal yang normal terjadi dan peralihan hormon yang terjadi dalam tubuh juga pada akhirnya bisa menjadi imbang kembali.
Tetapi, jika jerawat tipe ini masih enteng, beberapa obat yang dipasarkan bebas umumnya tidak efisien untuk menanganinya.
Tersebut kenapa kamu kemungkinan perlu menjumpai dokter kulit untuk memperoleh resep obat jerawat hormonal.
Berikut sejumlah obat yang dapat dipakai untuk menangani keadaan kulit itu:
- Kontrasepsi Oral. Obat minum ini memiliki kandungan beberapa bahan yang dapat menarget hormon pemicu jerawat, seperti etinilestradiol plus drospirenon atau norethindrone dan norgestimate. Kontrasepsi oral benar-benar menolong sepanjang pucuk hormon, seperti sepanjang ovulasi.
- Retinoid Topikal. Ini sebagai penyembuhan pertama yang hendak direferensikan dokter untuk menangani jerawat hormon enteng sampai sedang. Retinoid dapat menolong terkelupas sel-sel kulit mati, hingga mereka tidak menutup pori-pori.
- Obat Anti-androgen. Kelebihan androgen dapat mengakibatkan jerawat hromonal karena mengusik folikel rambut yang atur sel-sel kulit dan tingkatkan produksi minyak. Nach, obat ini dapat menahan badan menghasilkan semakin banyak androgen dan membuat kandungan hormon stabil.
5. Resikonya dapat Di turunkan
Walau jerawat tipe ini kemungkinan tidak dapat dijauhi, ada banyak hal yang dapat kamu kerjakan untuk kurangi resiko timbulnya jerawat itu.
Misalnya, lakukan peralihan pola hidup untuk kurangi depresi, tidur lebih pulas, dan konsumsi makanan sehat.
Disamping itu, tentukan produk perawatan kulit yang tidak menutup pori-pori.
Tersebut beberapa bukti mengenai jerawat hormon. Jika kamu mempunyai permasalahan kulit yang cukup kronis dan mengusik, coba kontrol saja ke dokter kulit.